WAWANCARA KHUSUS
HIPWI-FKPPI MERUPAKAN ORGANISASI
YANG MEMPERJUANGKAN KESEJAHTERAAN UNTUK MEMPERKOKOH PERSATUAN DAN KESATUAN
BANGSA
Hariara Tambunan, S.E.,S.H. (Ketua Umum HIPWI-FKPPI)
HIPWI-FKPPI
mengemban tugas untuk mewujudkan kemandirian, mempelopori perubahan
mentalitas yang memiliki jiwa
enterpreneurship, serta membangun
karakter kebangsaan.
Musyawarah Nasional VIII FKPPI hampir empat tahun silam (28-30
Nopember 2008) memunculkan gagasan untuk membentuk sebuah organisasi pendukung,
yaitu Himpunan Pengusaha dan Wiraswasta Putra-putri purnawirawan dan
putra-putri TNI-POLRI (HIPWI-FKPPI). Hal mana selanjutnya gagasan tersebut
direalisasikan dengan membentuk kepengurusan HIPWI-FKPPI yang dituangkan dalam
suatu keputusan, Surat Keputusan FKPPI Nomor: Skep-22/PP/FKPPI/IV/2012 tentang
Pembentukan dan Pengukuhan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha dan Wiraswasta
(HIPWI) FKPPI tertanggal 24 April 2012.
Melalui Surat
Keputusan tersebut maka secara resmi Hariara Tambunan, S.E., S.H. mendapat
mandat untuk mengomandani organisai yang berinduk dan mempunyai hubungan
kesejarahan dengan FKPPI, serta mempunyai hubungan koordinatif dengan PEPABRI, PP.
POLRI, PPAD, PPAU, dan PPAL.
Pria kelahiran, Jakarta
12 Oktober 1967 ini sudah tidak asing lagi di Keluarga Besar FKPPI. Sebelumnya
Hariara Tambunan tercatat sebagai salah satu ketua di Generasi Muda FKPPI.
Disela-sela
kesibukannya berikut wawancara Suara
HIPWI-FKPPI dengan Hariara mengenai peran HIPWI-FKPPI dalam turut serta
menyelesaikan permasalahan bangsa.
Dengan berdirinya
HIPWI-FKPPI, sesungguhnya kelahiran
organisasi ini hendak menjawab persoalan apa?
Sebelum saya menjawab
pertanyaan dimaksud. Untuk kali pertama,
saya hendak menyampaikan ucapan terimakasih yang setinggi-tingginya atas
kepercayaan yang diberikan kepada saya oleh para senior-senior dan rekan-rekan
di Keluarga Besar FKPPI untuk mengomandani organisasi yang cukup strategis dan
potensial ini.
Lahirnya HIPWI-FKPPI
tidak terlepas dari pembacaan terhadap situasi dan kondisi internal yang
dihadapi putra-putri purnawirawan dan putra-putri TNI-POLRI. Meliputi pula
persoalan yang terjadi, baik di lingkungan keluarga besar TNI-POLRI serta negara Republik Indonesia yang sama-sama
kita banggakan dan cintai.
Menurut pandangan
saya, permasalahan akut yang mendera putra-putri purnawirawan dan putra-putri
TNI-POLRI antara lain yang paling mendasar adalah rendahnya tingkat
kesejahteraan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lemahnya
penguasaan iptek tersebut sebagai dampak dari kurangnya kesempatan untuk mengakses
pendidikan terutama pendidikan di perguruan tinggi atau pendidikan keterampilan
(kursus-kursus).
Rendahnya
kesejahteraan tersebut erat kaitannya dan berkelindan dengan permasalahan
kesejahteraan yang dialami oleh prajurit TNI dan POLRI tentunya. Ironis ketika
para prajurit TNI-POLRI yang mengembang tugas berat untuk mengamankan negara, namun
di lain sisi derajat kesejahteraan mereka kurang mendapat perhatian. Sebagai
salah satu contoh misalnya, yang kini dialami oleh Tentara Nasional Indonesia
kita. Mereka didesak melalui instrumen-instrumen hukum (produk politik) untuk
menjadi tentara dengan karakter yang profesional.
Namun dorongan
tersebut tidak ditopang oleh peningkatan kesejahteraan. Justeru konsentrasi
terbesar dari reformasi di tubuh TNI lebih mengarah kepada upaya untuk
membebaskan TNI dari aktifitas di bidang politik dan bidang ekonomi.
Selain kesejahteraan,
permasalahan lain yang tidak kalah mengkhawatirkan adalah ancaman disintegrasi
bangsa yang ditandai dengan menggejalanya kekerasan-kekerasan komunal baik yang
sifatnya horisontal seperti konflik antar kelompok. Kekerasan komunal tersebut
juga terjadi secara vertikal, antara warga negara dengan aparatur negara.
Hal-hal sebagaimana
saya sebutkan tadi tentu harus diatasi melalui pendekatan atau program yang
sistematis. Dan dilatarbelakangi kondisi yang demikian itu maka dalam pemikiran
kami di Keluarga Besar FKPPI memandang perlu untuk membentuk suatu wadah
perjuangan yang tidak mengedepankan gerakan politik semata. melainkan melalui
pendekatan kesejahteraan dan edukasi. Edukasi dalam hal ini adalah serangkaian
kegiatan untuk menanamkan kembali nilai-nilai luhur kebangsaan sehingga
tumbuhlah karakter kebangsaan pada diri setiap warga negara.
Dan karakter yang
seperti itulah, yang membedakan HIPWI
dengan organisasi kemasyarakatan maupun organisasi profesi laiinnya. Terlebih
secara kesejarahan kami memiliki hubungan dengan TNI-POLRI sehingga terbebani
untuk bersama orang tua kami mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ya, dalam hal ini dengan kapasitas kami sebagai salah satu komponen atau
potensi pertahanan nir-militer.
Dari penjelasan di
atas, bagaimana upaya HIPWI-FKPPI dibawah kepemimpinan anda mengatasi
permasalahan tersebut?
Pada periode
kepemimpinan saya, tentu semua persoalan-persoalan di atas tidak serta merta
terselesaikan. Namun dalam pemikiran saya, yang tidak kalah penting adalah pada
akhir kepemimpinan saya nanti, organisasi ini telah memiliki arah atau panduan
yang jelas dalam mengoperasionalkan visi-misi organisasi.
Tentu langkah
prioritas untuk mencapai itu adalah mebangun dan memperkokoh fondasi organsasi
melalui intitutional building dan capacity building. Dan dalam kaitan
dengan itu kami akan melakukan kerjasama-kerjasama seperti salah satunya dengan
Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI). Dan dalam penjajakan antara lain
dengan KADIN dan HIPMI serta organisasi atau institusi lainnya.
Selanjutnya adalah program-porgram
yang dirancang untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan etos kerja di tubuh
keluarga besar FKPPI sehingga tersedia sumber daya manusia yang handal untuk
diberdayakan dalam meningkatkan taraf perekonomian.
Sebagai bentuk
keserisuan dalam membantu meningkatkan taraf hidup anggota Keluarga Besar FKPPI
dan Anggota TNI saat ini di Kalimantan Selatan bersama PD XVI FKPPI sedang
berjalan pilot project membangun
usaha pembiakan lele. Hingga saat ini
masih Dimulai dengan pendataan atau pemetaan masalah juga potensi yang ada di
Keluarga Besar FKPPI setempat.
Kita bersama tentu
tidak dapat menutup mata bahwa upaya keras pemerintah untuk menekan angka
kemiskinan dan pengangguran dengan berbagai program dan anggaran yang sangat
besar, dan hal tersebut perlu untuk diapresiasi. Namun patut disayangkan bahwa
sejauh ini hasilnya belum cukup signifikan untuk memampatkan retang
kesejahteraan. Bahkan faktanya, karena kurang efisiensi dan terukurnya program
tersebut menyebabkan masih terdapat masyarakat yang belum tersentuh dan
menerima manfaatnya.
Terdorong keadaan
yang demikian itu, sebagai wujud kepedulian sosial kami tidak akan menutup mata terhadap kelompok
masyarakat diluar kami (Keluarga Besar FKPPI). Program-program untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan juga akan kami lakukan dengan kelompok sasaran
masyarakat yang belum sejahtera.
Terkait dengan problem
dishamonisasi yang terjadi antar komponen bangsa, HIPWI-FKPPI akan berjuang
keras untuk merajut kembali solidaritas nasional. Salah satunya adalah dengan
menjembatani dialog-dialog yang salah satunya melalui pendekatan kesejahteraan.
Juga upaya-upaya rekonsiliatif lainnya sehingga terwujud reintegrasi di negeri
ini.
Sebagai organisasi
yang memiliki hubungan kesejarahan dengan TNI-POLRI yang notabene adalah
komponen utama pertahanan, maka HIPWI-FKPPI juga kan menggagas upaya membangun
kesadaran kolektif untuk menegaskan kembali mengenai karakter bersama sebagai
sebuah bangsa. Salah satunya adalah dengan mendiseminasikan dan
menginternalisasikan Empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, Undang-undang
Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal
Ika.
Untuk mencapai
upaya-upaya sebagaimana dimaksud, lantas relasi seperti apa yang akan dibangun
dengan Pemerintah?
HIPWI-FKPPI akan
memposisikan diri sebagai mitra yang kritis. Tidak saja sebagai pendukung dari
kebijakan nasional tapi dalam posisi kami sebagai organisasi non pemerintah tentu
harus memainkan peran kontrol (dengan kritis) terhadap kebijakan-kebijakan yang
tidak berkeadilan tentunya. Dengan memberikan masukan ilmiah yang
menjustifikasi sikap HIPWI-FKPPI terhadap sebuah kebijakan yang kami nilai
tidak pro kepada rakyat dan selaras dengan konstitusi.
Terhadap intervensi
asing yang melemahkan Negara Indonesia, bagaimana HIPWI-FKPPI menyikapinya?
Bagi kami sudah
saatnya kita mengembalikan kedaulatan republik ini ke singgasana yang semestinya.
Kita harus berani menjaga kewibawaan kita untuk tidak menaklukan diri terhadap
kepentingan asing. Dan langkah-langkah itu harus dilakukan dengan konsisten
sesuai amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Tentulah ini harus
dilakukan bersama segenap rakyat Indonesia. Ditengah merosotnya kepercayaan
atas pemerintahan saat ini. Sudah saatnya kita untuk memenangi hati rakyat, dan
pendekatan kesejahteraan adalah rumus yang cukup ampuh.
Kepada seluruh
putra-putri purnawirawan dan putra-putri TNI-POLRI, teristimewa yang berhimpun
dalam Keluarga Besar FKPPI. Terus kita pupuk semangat persatuan dan kesatuan
serta menjadi pelopor dalam mempertahankan dan menjaga kedaulatan bangsa
sekaligus pula memotori pembangunan nasional. Samasta Bhadratara, Bersama Kita
Sejahtera!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar