SAMASTA BHADRATARA

SAMASTA BHADRATARA | BERSAMA UNTUK SEJAHTERA

Kamis, 14 Juni 2012


AMANAT KETUA UMUM PENGURUS PUSAT FKPPI
KEPADA PENGURUS PUSAT HIPWI-FKPPI

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Dengan senang hati saya menyambut terbitnya majalah “Suara HIPWI-FKPPI” ini, sebagai media komunikasi untuk seluruh jajaran pengusaha dan wiraswasta dalam jajaran FKPPI, bukan hanya untuk bertukar informasi tentang demikian banyak peluang berusaha atau kiat kewiraswastaan, tetapi juga – bahkan terutama – agar supaya seluruh kegiatan WIPWI-FKPPI tetap disemangati oleh semangat kejuangan yang kita warisi dari para orang tua kita.
Memang benar, semua kita mengetahui betapa besarnya peluang serta betapa banyaknya kiat kewiraswastaan yang terbuka untuk dikembangkan dan didayagunakan dalam dinamika kehidupan kita berbangsa dan bernegara.
Namun kita juga mengetahui, ada dua “aliran” yang berkembang  di kalangan pengusaha dan wiraswasta kita dewasa ini, katakanlah aliran “apa saja boleh, asal untung” yang berinduk pada faham neo liberalisme, dan “  tidak semuanya boleh,  semuanya harus tetap dalam kerangka besar untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat”, yang berinduk pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
Tidak berkelebihan jika dikatakan bahwa para pendukung aliran “apa saja boleh, asal untung” ini telah menyebabkan kerusakan parah dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara, bukan hanya di darat dan di laut, tetapi juga dalam rusaknya  sistem  dan etika pemerintahan kita. Mereka inilah yang terlibat , antara lain dalam illegal logging di darat, illegal fishing di laut, rangkaian kasus penyuapan kepada para penyelenggara Negara, baik dalam bidang legislatif, eksekutif, maupun yudikatif, serta melarikan diri ke luar negeri jika mereka terlibat dalam kejahatan perbankan.
Kita, jajaran FKPPI, tidak ingin dan tidak boleh terlibat dengan kegiatan seperti itu. Kita harus  merintis, memraktekkan, dan mengembangkan kiat bisnis yang merupakan bagian menyeluruh dari perjuangan Bangsa dan Negara ini untuk mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasar Pancasila. Dengan kata lain, kita adalah pengusaha-pejuang dan wiraswasta-pejuang.
Kita harus mewaspadai berbagai aksi dan kiat licik dari para pendukung faham “ apa saja boleh asal untung” tersebut, oleh karena aksi dan kiat mereka tersebut – baik langsung maupun tidak langsung – dapat meruntuhkan Bangsa dan Negara kita ini.
Sebagai bagian dari Bangsa pejuang, kita tidak ingin menjadi suatu kelompok pengusaha dan wiraswasta yang eksklusif. Kita merupakan bagian dari seluruh korps pengusaha dan wiraswasta Bangsa ini, mulai dari tingkat pedagang kali lima sampai pada pengusaha besar. Dengan dibekali idealisme dan profesionalisme tinggi, kita  harus ikut berjuang bersama, bukan saja sekedar untuk memperoleh nilai tambah dari berbagai bidang yang kita tangani, tetapi juga agar ketahanan nasional kita semakin lama semakin kokoh, khususnya dalam bidang ekonomi. Untuk itu, kita perlu mengembangkan keterkaitan –linkage --  dari seluruh kegiatan kita, baik kekerkaitan ke hulu maupun keterkaitan ke hilir.
Izinkan saja mengajak kita sekalian untuk memperhatikan, bahwa  sebagai akibat dari kebijakan neo-liberalistik yang dianut selama ini,  sesungguhnya ketahanan nasional kita dalam bidang ekonomi  sangatlah rentan. Sebagian besar sumber daya alam kita sudah dikuasai oleh pengusaha asing atau perusahaan multi nasional untuk waktu yang sangat lama;  infrastrukrur keuangan kita praktis sudah dikuasai oleh kekuatan-kekuatan luar negeri; bahkan kebutuhan pokok rakyat kita, seperti beras, kedele, dan garam, yang sesungguhnya bisa kita produksi sendiri, sekarang ini harus diimpor dari luar. Pasar-pasar tradisional, tempat berkiprahnya jutaan pengusaha kecil dan wiswasta kecil, kita secara bertahap dan terencana, telah disingkirkan. Seperti pernah diingatkan Bung Karno, kita terancam menjadi ‘bangsa kuli’ dan ‘ kuli di antara bangsa-bangsa’.
Lebih dari itu, menurut pengamatan saya, Bangsa kita sedang menghadapi ancaman krisis, bukan hanya dalam bidang bahan bakar pada khususnya dan energi pada umumnya, tetapi juga dalam bidang pangan. Bayangkan betapa akan kacaunya Bangsa dan Negara ini jika tidak ada jaminan akan ketersediaan bahan bakar atau energi dan pangan untuk seluruh penduduk kita.  Sejarah nasional kita menunjukkan bahwa huru hara dan berbagai bentuk kekacauan – bahkan dalam instabilitas politik dan keamanan -- selalu terjadi jika terdapat kelangkaan  pada dua kebutuhan pokok ini .
Sudah barang tentu kita tidak bisa dan tidak boleh  berjuang sendirian. Kita perlu membangun, menggalang, dan mendayagunakan  kerjasama dengan korps pejuang nasional nasionalnya, baik yang berkiprah di dalam masyarakat maupun yang sedang mengabdi dalam lembaga-lembaga penyelenggara Negara.
Tolok ukur keberhasilan kita sebagai pengusaha-pejuang dan wiraswasta-pejuang bukan hanya diukur dari bertambahnya asset perusahaan kita , tetapi juga pada semakin makmurnya Rakyat yang kita cintai, dan pada meningkatnya ketahanan nasional Bangsa kita dalam bidag ekonomi.
Selamat berjuang.

Jakarta, 10 Juni 2012.
Ketua Umum,
Pontjo Sutowo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar