AMANAT
KETUA UMUM PENGURUS PUSAT FKPPI
KEPADA
PENGURUS PUSAT HIPWI-FKPPI
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Dengan senang hati saya menyambut
terbitnya majalah “Suara HIPWI-FKPPI” ini, sebagai media komunikasi untuk
seluruh jajaran pengusaha dan wiraswasta dalam jajaran FKPPI, bukan hanya untuk
bertukar informasi tentang demikian banyak peluang berusaha atau kiat
kewiraswastaan, tetapi juga – bahkan terutama – agar supaya seluruh kegiatan
WIPWI-FKPPI tetap disemangati oleh semangat kejuangan yang kita warisi dari
para orang tua kita.
Memang benar, semua kita mengetahui
betapa besarnya peluang serta betapa banyaknya kiat kewiraswastaan yang terbuka
untuk dikembangkan dan didayagunakan dalam dinamika kehidupan kita berbangsa
dan bernegara.
Namun kita juga mengetahui, ada dua
“aliran” yang berkembang di kalangan
pengusaha dan wiraswasta kita dewasa ini, katakanlah aliran “apa saja boleh,
asal untung” yang berinduk pada faham neo liberalisme, dan “ tidak semuanya boleh, semuanya harus tetap dalam kerangka besar
untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat”, yang berinduk pada Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945.
Tidak berkelebihan jika dikatakan
bahwa para pendukung aliran “apa saja boleh, asal untung” ini telah menyebabkan
kerusakan parah dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara, bukan hanya di
darat dan di laut, tetapi juga dalam rusaknya
sistem dan etika pemerintahan
kita. Mereka inilah yang terlibat , antara lain dalam illegal logging di darat,
illegal fishing di laut, rangkaian kasus penyuapan kepada para
penyelenggara Negara, baik dalam bidang legislatif, eksekutif, maupun
yudikatif, serta melarikan diri ke luar negeri jika mereka terlibat dalam
kejahatan perbankan.
Kita, jajaran FKPPI, tidak ingin dan
tidak boleh terlibat dengan kegiatan seperti itu. Kita harus merintis, memraktekkan, dan mengembangkan
kiat bisnis yang merupakan bagian menyeluruh dari perjuangan Bangsa dan Negara
ini untuk mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasar Pancasila. Dengan
kata lain, kita adalah pengusaha-pejuang dan wiraswasta-pejuang.
Kita harus mewaspadai berbagai aksi
dan kiat licik dari para pendukung faham “ apa saja boleh asal untung” tersebut,
oleh karena aksi dan kiat mereka tersebut – baik langsung maupun tidak langsung
– dapat meruntuhkan Bangsa dan Negara kita ini.
Sebagai bagian dari Bangsa pejuang, kita
tidak ingin menjadi suatu kelompok pengusaha dan wiraswasta yang eksklusif.
Kita merupakan bagian dari seluruh korps pengusaha dan wiraswasta Bangsa ini,
mulai dari tingkat pedagang kali lima sampai pada pengusaha besar. Dengan dibekali
idealisme dan profesionalisme tinggi, kita harus ikut berjuang bersama, bukan saja
sekedar untuk memperoleh nilai tambah dari berbagai bidang yang kita tangani,
tetapi juga agar ketahanan nasional kita semakin lama semakin kokoh, khususnya
dalam bidang ekonomi. Untuk itu, kita perlu mengembangkan keterkaitan –linkage -- dari seluruh kegiatan kita, baik kekerkaitan
ke hulu maupun keterkaitan ke hilir.
Izinkan saja mengajak kita sekalian
untuk memperhatikan, bahwa sebagai
akibat dari kebijakan neo-liberalistik yang dianut selama ini, sesungguhnya ketahanan nasional kita dalam
bidang ekonomi sangatlah rentan. Sebagian
besar sumber daya alam kita sudah dikuasai oleh pengusaha asing atau perusahaan
multi nasional untuk waktu yang sangat lama;
infrastrukrur keuangan kita praktis sudah dikuasai oleh
kekuatan-kekuatan luar negeri; bahkan kebutuhan pokok rakyat kita, seperti
beras, kedele, dan garam, yang sesungguhnya bisa kita produksi sendiri,
sekarang ini harus diimpor dari luar. Pasar-pasar tradisional, tempat
berkiprahnya jutaan pengusaha kecil dan wiswasta kecil, kita secara bertahap
dan terencana, telah disingkirkan. Seperti pernah diingatkan Bung Karno, kita
terancam menjadi ‘bangsa kuli’ dan ‘ kuli di antara bangsa-bangsa’.
Lebih dari itu, menurut pengamatan
saya, Bangsa kita sedang menghadapi ancaman krisis, bukan hanya dalam bidang
bahan bakar pada khususnya dan energi pada umumnya, tetapi juga dalam bidang
pangan. Bayangkan betapa akan kacaunya Bangsa dan Negara ini jika tidak ada
jaminan akan ketersediaan bahan bakar atau energi dan pangan untuk seluruh
penduduk kita. Sejarah nasional kita
menunjukkan bahwa huru hara dan berbagai bentuk kekacauan – bahkan dalam
instabilitas politik dan keamanan -- selalu terjadi jika terdapat
kelangkaan pada dua kebutuhan pokok ini
.
Sudah barang tentu kita tidak bisa
dan tidak boleh berjuang sendirian. Kita
perlu membangun, menggalang, dan mendayagunakan
kerjasama dengan korps pejuang nasional nasionalnya, baik yang berkiprah
di dalam masyarakat maupun yang sedang mengabdi dalam lembaga-lembaga penyelenggara
Negara.
Tolok ukur keberhasilan kita sebagai
pengusaha-pejuang dan wiraswasta-pejuang bukan hanya diukur dari bertambahnya asset perusahaan kita , tetapi juga pada
semakin makmurnya Rakyat yang kita cintai, dan pada meningkatnya ketahanan
nasional Bangsa kita dalam bidag ekonomi.
Selamat berjuang.
Jakarta, 10 Juni 2012.
Ketua Umum,
Pontjo Sutowo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar